Misteri Sungai Citarum
Bagi sebagian masyarakat Jawa Barat seperti di kawasan Bandung, Sungai Citarum selalu dituding sebagai penyebab terjadinya banjir. Kita tidak akan membahas persoalan teknis soal banjir, tapi kali ini kami akan mengulik misteri sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat itu.
Sungai Citarum Bandung memiliki tujuh mata air sebagai hulu sungai. Hulu sungai Citarum ini juga berinduk dari sumber mata air lainnya di kawasan pegunungan sekitar kawasan Bandung. Di selatan sungai Citarum ada anak sungai besar bernama Cisangkuy sedangkan di utara ada anak sungai Cikapundung. Kedua anak sungai itu bermuara di Citarum yakni daerah Baleendah dan Dayeuhkolot.
Karena itu akan terasa wajar jika musim hujan tiba di kedua titik ini sering terjadi luapan banjir. Banjir yang terjadi biasanya relatif cepat menggenangi pemukiman penduduk. Bahkan pada banjir besar yang pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya rumah-rumah penduduk atau perkampungan saja yang terkena. Tapi juga jalan raya yang posisinya lebih tinggi pun ikut tergenang.
Terlepas dari segala persoalan soal banjir yang seolah jadi makanan sehari-hari setiap tahunnya, sungai Citarum juga menyimpan cerita misteri yang menarik untuk diketahui.
Sejarah Nama Citarum
Konon sejarah nama Citarum sebagai sebuah sungai sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sebelum kota Bandung ada. Nama Citarum sudah dikenal sejak kawasan Bandung masih berupa cekungan dan danau raksasa. Dari catatan sejarah, dahulu kawasan Bandung memang masih berupa hutan dengan cekungan yang ada di bawah kaki Gunung Sunda.
Di bagian utara cekungan ini dahulu terbelah oleh aliran air bernama Citarum dengan arah alirannya menuju ke barat hingga menembus sebuah gunung yang ada disana. Sebelum akhirnya mengalir ke daerah luar Bandung yang ada di sebelah barat.
Akibat adanya letusan Gunung Sunda yang berada di bagian utara Bandung, maka dampaknya terjadi aliran lava dan batu-batuan besar yang memenuhi sungai Citarum. Karena aliran sungai yang menuju ke laut berada di bagian barat, banyak bebatuan yang terbawa arus dan limpahan lava akhirnya tersumbat. Hal ini membuat aliran sungai secara otomatis tertampung di antara cekungan Bandung.
Karena peristiwa tersebut maka selama ratusan tahun kawasan Bandung terendam dan berubah menjadi sebuah danau raksasa. Hingga akhirnya sumbatan bebatuan itu terkikis dan Bandung pun kembali menjadi daratan yang dialiri oleh banyak sungai kecil. Semuanya berinduk pada sebuah sungai besar bernama Citarum.
Sumber Mata Air Citarum
Menurut cerita yang dituturkan secara turun-temurun, ada 5 hingga 7 sumber mata air yang membentuk Sungai Citarum. Sumber-sumber mata air itu mengalir dari sela bebatuan di puncak Gunung Wayang . Sumber-sumber air tersebut sudah sejak dahulu dikenal sebagai sumber air keramat. Pada hari dan bulan-bulan tertentu, sumber air tersebut sering didatangi orang untuk 'ngalap' berkah.
Disamping banyak didatangi oleh para peziarah dengan bermacam-macam tujuan, kawasan Gunung Wayang seolah menjadi 'tempat wajib' yang harus didatangi oleh mereka yang ingin menjadi dalang. Konon hampir semua dalang besar yang kini terkenal sudah pernah mendatangi gunung Wayang.
Mitos Gunung Wayang
Selain mata air keramat, di kawasan Gunung Wayang juga terdapat petilasan yang dianggap sebagai leluhur pegunungan gaib di hulu sungai Citarum. Makam tersebut berada tepat di sebelah kanan sumber air dan dikenal dengan sebutan Makam Eyang Dipati Ukur.
Bisanya setelah melakukan ritual mandi di sumber air Citarum, para peziarah berkunjung ke makam Eyang Dipati Ukur untuk melakukan ritual pengukuran tongkat.
Ritual tongkat ini yakni dengan memotong tongkat sepanjang dua rentangan tangan (Sadeupa, B. Sunda) yang merupakan simbol keberuntungan.
Setelah melakukan ritual tersebut, peziarah akan melakukan pengukuran makam dengan tongkat yang telah dipotong. Jika panjang makam sama dengan tongkat, maka segala maksud dan hasrat sang peziarah akan tercapai. Sebaliknya, jika panjang tongkat tidak sama dengan panjang makam maka keinginannya belum akan tercapai.
Penunggu Gaib Munding Dongkol
Dari pandangan supranatural, alur Sungai Citarum yang mengalir dari hulu hingga hilir dari kawasan Bandung terbagi menjadi 2 alur dimensi gaib. Dari arah hulu hingga titik di sekitaran Daeyeuhkolot memiliki penguasa gaib yang berwujud seekor siluman kerbau yang tanduknya menggelantung ke bawah. Masyarakat setempatnya menyebutnya Munding Dongkol.
Masyarakat setempat percaya kemunculan siluman kerbau ini menjadi penanda air Sungai Citarum akan meluap atau banjir. Orang yang melihat penampakan siluman kerbau tersebut akan melihatnya berenang di tengah sungai, dari arah hulu ke titik batas kekuasaannya. Maka dapat dipastikan banjir besar akan segera terjadi.
Dari banyak narasumber menyebutkan bahwa Munding Dongkol yang muncul hanya akan terlihat bagian kepalanya saja. Jadi dia akan tampak seperti seekor kerbau yang tenggelam dan terbawa arus sungai.
Penunggu Gaib Raden Kalung
Sementara dari kawasan Dayeuhkolot hingga ke ujung paling barat kawasan Bandung, Sungai Citarum memiliki penunggu lain. Wujudnya seekor ular besar berwarna hitam dengan lingkaran putih di bagian leher yang menyerupai kalung. Siluman ular ini oleh masyarakat setempat disebut sebagai Raden Kalung.
Dari cerita rakyat yang beredar, konon asal muasal siluman ular ini adalah seorang putera bupati yang mengawini perempuan dari bangsa jin. Karena ketidak-sukaan ayahnya, Raden Kalung dikutuk menjadi penguasa gaib Sungai Citarum.
Raden Kalung diyakini merupakan penunggu sungai yang baik karena biasanya dia akan membantu menolong orang-orang yang tenggelam di sungai Citarum. Terutama bagi mereka yang masih memiliki ikatan darah atau trah keluarga. Konon wujud sebenarnya dari siluman ular itu adalah bagian kepalanya berupa kepala seorang laki-laki berwajah tampan.
Cerita Mistis Sungai Citarum
Pada tahun 2011 lalu terjadi banjir besar yang melanda kawasan Bandung. Para warga di desa Baleendah dan Dayeuhkolot sempat dihebohkan dengan penemuan dua ekor ular yang berukuran sangat besar. Ular tersebut berjenis sanca kembang dengan panjang sekitar enam meter.
Konon setelah kedua ular tersebut berhasil ditangkap secara beramai-ramai oleh warga, keesokan paginya kedua ular itu sama-sama menghilang tak berbekas. Padahal kedua ular tersebut dikurung dalam sebuah tempat berupa peti dari kayu dan siangnya menjadi tontonan masyarakat.
Lebih anehnya lagi, peti tempat penyimpanan ular masih dalam keadaan utuh. Keanehan ular tersebut hingga kini masih menjadi tanda tanya. Apakah kedua ekor ular itu merupakan sosok gaib penunggu Sungai Citarum? Atau jangan-jangan hewan itu merupakan perwujudan dari sosok Raden Kalung? Wallahu 'alam.
Sumber gambar:
jengkaljengkalcerita.blogspot.com
ridwanaditama.wordpress.com