Ngalap Berkah di Makam Sri Makurung Handayaningrat
Berkah Kesaktian di Makam Sri Makurung Handayaningrat - Pencapaian ilmu kasampurnan bisa diperoleh setelah menjalani laku di makam Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh.
Selain dikenal sebagai kawasan pusat wisata spiritual, lokasi ini juga menjadi tempat berburu kesaktian sekaligus ngalap berkah bagi mereka yang gemar dengan hal yang gaib.
Kawasan ini ibarat perpustakaan gaib dimanaterdapat tempat laku ritual, sekaligus olah spiritual dengan cara menjalani laku kungkum di sumber mata air maupun melakukan ziarah di salah satu makam keramat para leluhur.
Pengging, desa kecil di daerah Boyolali ini menyimpan berbagai peninggalan peradaban kuno masa lalu yang hingga kini masih terus dilestarikan oleh penduduk setempat.
Pada jaman dahulu Pengging merupakan sebuah kadipaten yang memiliki cerita sejarah berkaitan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit di Jawa, tetapi kini Kadipaten Pengging telah berubah menjadi desa kecil yang dipenuhi dengan sisa-sisa kebesaran peradaban pada masa lalu.
Berbagai peninggalan di kawasan ini tak lepas dari sejarah masa lalu Kadipaten Pengging hingga menurun ke Mataram Islam di Jawa. Petilasan Keraton Pengging, puluhan sumber mata air, makam pujangga karaton, pemandian para raja di tanah Jawa serta makam para kerabat Pengging yang rmerupakan putra dari Prabu Barawijaya V semuanya ada di Desa Pengging.
Silsilah Handayaningrat
Kasepuhan Pengging kala itu sangat terkenal sekali di kalangan raja-raja di tanah Jawa mengingat raja yang memerintah kerajaan pengging adalah putra tertua Prabu Brawijaya V yang lahir dari seorang garwa prameswari atau permaisuri.
Oleh karena itu meski hanya sebuah kadipaten kecil tetapi Pengging dianggap paling sepuh (tua) dibandingkan dengan penguasa-penguasa lain penerus Majapahit.
Hampir seluruh makam yang ada di kawasan ini merupakan makam sepuh penerus Majapahit, beberapa di antaranya adalah Makam Ki Ageng Kebo Kanigoro, penguasa Kadipaten Pengging yang mati secara ikhlas meninggalkan duniawi demi menghindari peperangan antara Pengging dan Demak.
Kebo Kanigoro yang tak lain merupakan cucu Prabu Brawijaya V yang lahir dari Putri Retno Pembayun, secara tak langsung merupakan penerus sah tahta Majapahit apabila tak terjadi pemberontakan Demak hingga runtuhnya Majapahit.
Putri Retno Pembayun sebagai satu-satunya anak yang lahir dari permaisuri sudah sepantasnya menduduki tahta menggantikan ayahnya.
Namun tradisi karaton yang tak bisa menempatkan perempuan menjadi seorang raja, membuat anak yang lahir perempuan dari garwa permaisuri hanya menjadi Putri Pembayun (ratu sepuh di antara anak-anak keturunan raja).
Oleh karena itu secara adat hak yang dimiliki oleh Putri Pembayun, anak laki-laki yang lahir dari rahimnya kelak bisa menduduki tahta kerajaan.
Beberapa putra laki-laki yang lahir dari rahim Putri Retno Pembayun di antaranya adalah Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan Kebo Amiluhur. Kebo Kenongo yang gemar menjalani laku spiritual harus pergi meninggalkan Pengging demi mencari pencerahan kesempurnaan spiritual.
Sedangkan sang adik, Kebo Kanigoro, harus bersedia menggantikan ayahnya Adipati Pengging sepuh menduduki tahta Kadipaten dengan menyandang gelar Adipati pengging II Meski di dalam hati jabatan Adipati tak diinginkannya.
Namun sebagai seorang anak yang harus meneruskan tahta sang ayah, Kebo Kanigoro harus bersedia menjabat menjadi seorang adipati, dikarenakan Kebo Kenongo yang seharusnya menduduki tahta Kadipaten tak berkenan menjadi adipati.
Prabu Sri Makurung Handayaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Pengging sepuh merupakan suami dari Putri Pembayun, ayah Kebo Kenongo, Kebo Amiluhur dan Kebo Kanigoro.
Kekuasaan yang dimiliki sebagai seorang Adipati Pengging pada waktu itu konon sangat dihormati sekali. Kekuatan spiritual dan kesaktian Prabu Sri Makurung menurun kepada ketiga orang anak-anaknya yang gemar menjalin laku spiritual untuk mencapai kesempurnaan hidup (sejatining urip).
Bahkan kesempurnaan spiritual Prabu Sri Makurung akhirnya menurun dalam diri putra-putranya. Adipati Pengging II juga mampu mencapai kesempurnaan spiritual "mati sak jroning urip, urip sak jroning mati" (mati di dalam hidup, hidup di dalam mati). Kesempurnaan ini tak lain berkat bimbingan ayahnya, Adipati Pengging sepuh.
Prabu Sri Makurung Handayaningrat adalah penerus trah Pengging yang sudah ada sejak ratusan tahun yang silam. Dinasti Pengging merupakan trah penerus dinasti Mataram Hindu yang didirikan oleh Wangsa Sanjaya pada tahun 732M atau 654 th Saka.
Hal ini berdasarkan beberapa situs peninggalan di Pengging yang berupa fragmen mangkok china tipe yueh (906 - 960M), serta beberapa peninggalan lainnya yang berupa piring pada msa dinasti Tang (618 - 906 M). Selain itu ditemukan juga fragmen mangkok dinasti Sung yang Giperkirakan pada tahun 960 - 1279M, atau bersamaan dengan berdirinya Mataram Hindu oleh wangsa Sanjaya.
Makam Ki Ageng Pengging Sepuh Boyolali
Hingga kini Prabu Sri Makurung diyakini oleh masyarakat Pengging masih hidup. Bahkan makam di mana beliau dikuburkan sampai sekarang masih terus diberi songsong payung untuk menghormati keberadaan Prabu Handayaningrat.
"Songsong Payung merupakan wujud penghormatan terhadap Prabu Sri Makurung yang diyakini masih hidup hingga saat ini," jelas Pak Atma, juru kunci makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat.
Lebih lanjut pelawangan ini menjelaskan, selain makam Prabu Sri Makurung dua makam lainya yang berdampingan juga diberi songsong payung. Makam tersebut adalah makam Putri Pembayun dan makam putranya yang bernama Kebo Amiluhur yang berada di dalam satu area komplek pemakaman di daerah Pengging.
Makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat sangat dikeramatkan sekali oleh warga sekitar, oleh karena itu tak diperkenankan sembarang orang boleh memasuki makam.
Makam ini berada di bawah pohon kepuh tua yang telah berumur ratusan tahun, meski tampak bersih dan asri namun aura yang memancar dari makam ini tampak kuat sekali nuansa mistisnya.
Ketiga makam yang ada di tempat ini selain diberi songsong payung juga diberi selendang kain kuning dan putih untuk menghormati gaib yang bersemayam di dalamnya.
Berbagai macam sesaji dan tempat pemujaan ritual juga diberi songsong payung warna kuning, sebagai salah satu cara untuk menyatukan seluruh kekuatan gaib yang ada di makam Prabu Handayaningrat.
Songsong payung ini kebanyakan diberikan oleh mereka yang telah terkabulkan penyuwunan-nya di tempat ini. Tak hanya warga sekitar saja, warga dari luar daerah juga turut berperan mengganti Songsong payung apabila telah rusak.
Para pelaku ritual yang menjalani penyuwunan sangat meyakini kalau Prabu Handayaningrat masih hidup secara gaib sebagai penguasa Pengging. "Prabu dianggap mampu menjembatani dan membantu penyuwunan orang-orang yang tulus ikhlas berniat baik demi kebaikan sesama kepada Tuhan" kata Pak Atmo.
"Mereka-lah para leluhur-leluhur yang hidup di alam kelanggengan, yang bisa membantu penyuwunan kita kepada Gusti Allah agar mengabulkan apa yang kita minta kepada Tuhan," tegas sang juru kunci.
Tempat Favorit Peziarah Para Pejabat
Kesakralan dan kekeramatan makam Prabu Srirmakurung menjadi daya pikat tersendiri bagi pelaku ritual yang menginginkan tercapainya kesempumaan hidup. "Meski tak sedikit pula para pelaku ritual lainya yang mencoba ngalap berkah agar cepat naik pangkat serta sukses dalam menjalankan usahanya," jelas Atmo.
Lebih lanjut juru kunci makam mengatakan, kebanyakan para pelaku ritual yang datang ke tempat ini berharap agar bisa mendapatkan tuntunan gaib ilmu kesempurnaan sejati dari Prabu Sri Makurung.
Wejangan-wejangan gaib dari Prabu sangat berguna sekali bagi para ahli spiritual sebagai tahapan spiritual ilmu kasampurnaan sejati. Oleh karena itu, hanya mereka yang mumpuni dalam dunia spiritual saja yang biasa melakukan ritual di makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat.
Sosok Prabu Sri Makurung dikenal memiliki ilmu spiritual yang sempurna, hal ini membuat ketokohannya di kalangan para spiritual yang menganut ajaran kejawen kuno menganggapnya masih terus hidup.
Ilmu 'urip sak jroning mati' dipercaya mampu membuat Sang Prabu tetap hidup di alam kelanggengan. Beberapa pelaku ritual yang biasa menimba ilmu secara gaib seringkali menemui sosok Sang Prabu. Mereka lantas mendapat wisik berupa wejangan spiritual.
Makam seluas 10 x 10 meter persegi ini setiap bulan Sura selalu diadakan ritual bersih Songsong payung sekaligus pembersihan makam Prabu Handayaningrat dalam mewujudkan rasa syukur kepada Prabu beserta seluruh kerabatnya.
Penghormatan tersebut diwujudkan dengan cara menggelar berbagai macam sesaji wewangian, nasi tumpeng, pisang raja setangkep, bunga tujuh warna, jajan pasar, ayam ingkung sego golong, menyan madu, serta candu wangi. Sesajian ini menjadi satu rangkaian dengan doa puji syukur yang dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh penduduk desa setempat.
Saat digelar upacara sesaji tersebut, hati seseorang yang mengikuti jalannya prosesi ritual haruslah bersih, tak diperbolehkan orang-orang yang memiliki keinginan tak baik maupun perempuan yang tengah haid mengikuti jalannya upacara pembersihan makam Prabu Handayaningrat. Mereka yang nekat dipastikan akan mendapatkan bala atau apes setelah mengikuti upacara ritual tersebut.
Tak jarang terlihat sosok harimau putih yang sangat besar berada di makam Prabu Handayaningrat pada saat ritual pembersihan makam. Harimau ini dipercaya merupakan penunggu makam Prabu Handayaningrat yang sering menampakkan sosoknya kepada para pelaku ritual.
Selain harimau, beberapa tombak dan keris pusaka seringkali terlihat memancarkan sinar dari pohon beringin yang ada di samping makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat. Pusaka ini konon merupakan ageman sang Prabu yang ikut moksa bersama dengan beliau.
Selain makam keramat Prabu Sri Makurung Handayaningrat beserta istri dan putranya yang bernama Kebo Amiluhur, terdapat juga makam salah seorang putri angkat Ki Ageng Kebo Kanigoro yang berasal dari Banyubiru bernama Endang Widuri. Makam ini berada di sisi samping komplek makam Sri Makurung namun masih berada dalam satu areal.
Di makam itulah para pelaku ritual sering diberi gambaran maupun wisik adanya berbagai benda pusaka di sekitar makam. Selain itu keberadaan pohon dewadaru yang ada di samping makam dipercaya memiliki tuah sebagai pengobatan penyakit medis maupun non medis.
Sumber gambar:
Radar Solo
TajukOnline.com
krisnaspiritual.blogspot.com