Pengalaman Horor Rumah Sakit Angker di Malang
Kali ini kami akan bagikan sebuah cerita horor yang berasal dari kisah nyata salah seorang cleaning service tentang pengalamannya selama bekerja di sebuah rumah sakit angker di kota Malang. Namun kami sengaja tidak menyebutkan nama rumah sakit yang dimaksud.
Cerita yang ditulis oleh akun twitter @mwv.mystic ini kamu tulis ulang dengan mengubah beberapa susunan kata dan kalimat tanpa mengubah alur atau jalan cerita. Selamat membaca.
Rumah sakit sering menjadi lokasi yang menakutkan bagi sebagian orang. Disana pernah ada kisah bahagia, haru, hingga duka yang mendalam. Ada kelahiran, ada kesembuhan, ada juga kematian yang disaksikan oleh bangunan ini.
Beberapa rumah sakit di Indonesia dikenal memiliki rumor tersendiri yang cukup menjadi bahan pembicaraan, yakni kesan angker atau bahkan pengalaman mengerikan orang-orang yang pernah bekerja atau berada disana.
Dari sekian banyak rumah sakit yang memiliki kesan menyeramkan, kali ini kita akan membahas sebuah Rumah Sakit yang terkenal angker di kota Malang. Rumah sakit ini bahkan seringkali mendapat predikat sebagai "rumah sakit terangker di Indonesia".
Menurut catatan sejarah, rumah sakit ini didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda beberapa tahun setelah Malang mendapatkan status sebagai kotapraja.
Awalnya didirikan sebagai klinik kesehatan bagi para pekerja perkebunan dan industri gula yang berada di sekitar lokasi berdirinya RS tersebut. Rumah sakit ini bahkan masih mampu bertahan setelah mengalami jatuh-bangun akibat defisit anggaran dan pergantian yayasan.
Gedung rumah sakit ini adalah sebuah bangunan tua dan bernilai historis di Kota Malang yang masih aktif sampai sekarang. Arsitekturnya yang bergaya kuno dan keberadaan pohon-pohon besar di depan rumah sakit ini menjadi alasan mengapa rumah sakit ini dikatakan angker oleh sebagian orang.
Dari banyaknya laporan mengenai penampakan atau gangguan, sosok paling terkenal disini adalah kemunculan kuntilanak pada sebuah pohon yang berada di kawasan parkir RS ini.
Banyak saksi mata yang membenarkan keberadaan sosok kuntilanak ini di parkiran dari sekedar suara tangis atau kadang tertawa, bahkan beberapa kali sampai kemunculan sosoknya secara utuh.
Kisah tentang keangkeran rumah sakit ini mungkin bagi sebagian orang adalah isapan jempol belaka dan karena disangkut pautkan dengan arsitektur yang terkesan tua.
Aku pun awalnya juga merasa seperti itu saat membagikan tulisan ini ke Instagram. Sampai tiba-tiba ada pesan yang masuk. Isinya kira-kira begini: "Mas, aku tadi liat post tentang rumah sakit Malang. Aku dulu kerja disana jadi petugas kebersihannya. Sekarang sudah tidak kerja disana, tapi aku pernah ngalamin hal aneh selama kerja. Boleh aku ceritakan?"
Buatku, salah satu daya tarik cerita adalah sebuah profesi yang berhubungan langsung dengan hal-hal seperti ini. Kita tak pernah tahu apa tantangan dan hal-hal apa aja yang bisa terjadi di pekerjaan-pekerjaan seperti cleaning service RS, pemandi mayat, supir ambulance, dan sebagainya.
Jadi inilah, pengalaman Cleaning Service di Rumah Sakit angker di kota Malang...
Narasumber: R (nama dirahasiakan demi privasi)
Halo, perkenalkan aku R. Aku lihat postingan instagram mengenai rumah sakit angker di Malang beberapa waktu lalu. Kebetulan aku pernah bekerja di rumah sakit itu sebagai cleaning service dan pernah punya pengalaman horor juga disana.
Aku kerja sebagai cleaning service sampai tahun 2010. Disini cleaning servicenya dibagi 2, shift pagi-siang dan sore-malam. Yang ingin aku ceritakan kali ini adalah pengalamanku saat kebagian shift 2 atau shift sore-malam.
Jumlah personil kebersihan untuk shift 1 lebih banyak dari shift 2. Itu wajar karena aktifitas dan area yang dibersihkan pada pagi dan siang hari lebih ramai.
Hari itu aku datang bersama temanku dan absen di jam 16.00. Aku mendapat tugas taruna di area dapur. Aku tidak tahu apakah ruangan ini dan ruangan-ruangan lainnya yang disebutkan dalam cerita ini nantinya masih ada atau tidak karena sudah ada renovasi besar-besaran.
Sedangkan yang aku share ini saat kondisinya masih bangunan lama. Kalau tidak salah dapur ini sekarang adalah ruang gizi.
Melalui perintah lewat Handie Talkie (HT), aku dan temanku pun meluncur ke lokasi yang harus kami bersihkan, yakni dapur. Kami hanya berdua saat itu dan masing-masing dari kami juga dibekali HT.
Pekerjaan bersih-bersih pun berlangsung seperti biasa. Para cleaning service shift 1 satu-persatu pulang. Ketika mendekati adzan Maghrib, kami hampir selesai membersihkan hingga ujung yang paling belakang di ruangan dapur itu.
Posisi temanku berada di belakangku selama bekerja, sementara aku ada di depannya untuk mengeringkan lantai yang dia pel. Setelah aku sampai di ujung yang paling belakang ruangan, aku berbalik badan dan kaget karena temanku menghilang.
Padahal aku yakin tadi dia ada di belakangku. Aku merasa panik tapi masih coba berpikiran positif. Mungkin dia sudah pergi duluan untuk sholat Maghrib.
Setelah memastikan semua bersih, aku pun keluar ke ruangan. Karena belum ada tugas baru, aku menuju ke ruangan driver ambulance yang kebetulan tidak terlalu jauh dari area dapur.
Sekitar jam 19.30, aku mulai mengontak temanku tadi melalui lewat HT. Aku heran karena sudah 1,5 jam lebih dia tidak muncul. HT sekedar terhubung pun tidak.
Berkali-kali aku coba menhubungi dia, tapi tidak ada balasan sama sekali. Aku coba mengabarkan ke security, apa HT-ku rusak atau bagaimana. Sampai kepala security pun juga ikut ngontak dia, dan hasilnya sama. Tidak ada jawaban.
Kami mulai gelisah, kemana temanku itu? Aku kemudian coba menghubunginya melalui ponsel dan chat dia lewat aplikasi BBM tapi tidak direspon. Intinya, temanku hilang. Atau ada sesuatu yang terjadi padanya.
Pikiran terakhir yang masih kuharapkan adalah dia kehabisan daya baterai dan ketiduran. Ya semoga begitu.
Karena belum menemukan tanda-tanda keberadaan temanku itu, akhirnya petugas security yang kala itu shift malam ikut bantu mencari seluruh area RS. Sementara aku memilih kembali stay di ruangan driver dan stand by disana.
Ruangan driver sudah menjadi pos untuk kami berdua karena posisinya strategis dan mudah dihubungi atau dimintai tolong dokter untuk ke ruangan-ruangan di sekitar RS.
Aku masih tidak curiga sama sekali. Aku masih berpikir kemungkinan-kemungkinan lain, salah satunya mungkin ada yang minta tolong ke dia untuk membersihkan ruangan yang bisa dia kerjakan sendiri. Aku mencoba santai smbil menonton TV yang ada di ruangan itu.
Sekitar jam 20.30 tiba tiba terdengar suara... "Bruaaak!!" terdengar seperti pintu yang didobrak keras dari arah belakang ruangan kami. Itu adalah ruang mandi jenazah. Otomatis aku dan semua orang yang ada di ruangan itu melihat ke arah belakang.
Temanku yang hilang berlari sangat kencang dari ruang mandi jenazah ke arah ruangan kami. Kami hanya bisa melihatnya berlari tanpa melakukan apapun. Ketika sampai, ia langsung terduduk lemas sambil terengah-engah di depan pintu.
"Kamu kenapa?" tanyaku. Wajah temanku tampak sangat pucat. Pandangan matanya kosong dan tampak sekali ketakutan di ekspresi mukanya. Aku berinisiatif membawakan dia air minum dan kusuruh istirahat.
Setelah dia agak tenang, barulah aku tanya lagi, "Kamu kenapa?"
Tapi dia tak menjawab, hanya menggelengkan kepala saja. Mungkin dia masih shock dengan kejadian yang baru dia alami.
Setelah cukup tenang, dia meminta izin pulang lebih awal karena memang kulihat dia masih pucat dan mungkin demam. Maka aku izinkan dia dan biarkan aku standby sendirian.
Awalnya aku juga ingin mengantar dia pulang, tapi dia menolak dan memilih pulang sendirian.
Setelah temanku pergi, aku izin ke security untuk mengontrol kebersihan area belakang dan koridor seluruh area rumah sakit ini. Entah itu tong sampah yang terguling atau sampah yang menumpuk setelah jam kunjung pasien.
Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 saat itu. Aku juga penasaran apa yang membuat temanku tadi terlihat sangat ketakutan. Barangkali ada petunjuk yang bisa aku lihat.
Sweeping koridor adalah jobdesk terakhir sebelum jam istirahat. Setelah beberapa menit keliling area rumah sakit, aku tidak menemukan hal-hal aneh dan ganjil. Lantas apa yang membuat temanku tadi seperti orang ketakutan?
Mungkin dia memang sudah tidak enak badan sejak awal. Merasa tugasku sudah selesai, aku berjalan kembali ke ruangan driver melalui rute yang sama ketika hendak melewati area ruangan linen.
Jalannya memang sedikit menurun, jadi ruang tersebut berada sedikit d ibawah dan terlihat jelas dari depan bangunan tersebut.
Ketika aku sedang jalan menuju ruangan driver, tidak sengaja aku melihat sosok hitam yang duduk di atas atap bagian belakang ruangan linen. Entah karena faktor kelelahan karena bekerja sendirian atau memang apa yang ada disana itu nyata?
Aku awalnya ragu. Tapi aku coba terus berjalan mendekat karena memang ini jalan untuk kembali ke ruangan driver. Keadaan di sekitarku sangat sepi karena memang hampir tengah malam.
Aku mencoba mendekati, setidaknya memastikan objek apa itu. Tapi semakin aku amati dan dekati, sosok itu tampak bertambah besar. Dia bermata merah dan bertaring. Aku tidak tau itu apa, tapi sosoknya nyata!
Melihat sosok itu bukanlah "bayangan salah liat", pelan tapi pasti aku berjalan mundur teratur untuk menghindari sosoknya. Aku mencoba tenang dan tidak panik, jangan sampai gerakanku terlihat. Tapi tidak bisa!
Seberapa jauh aku coba melangkah mundur, aku merasa seperti berjalan di tempat. Sosok ini justru melihat ke arahku dan semakin mendekat.
Aku membaca ayat-ayat Al-quran sebisaku, namun tidak ada efek apapun. Aku ingin membacanya dengan suara lantang, tapi seolah-olah mulutku dibungkam.
Bahkan kini seluruh badanku terasa kaku. Sekedar untuk menggerakan jari saja aku merasa sangat kesulitan. Apa sosok ini yang temanku tadi liat?
Di tengah kepanikanku, tiba tiba pundakku ditepuk seseorang dan entah kenapa aku langsung terduduk lemas bahkan hampir ingin pingsan. Seingatku sosok yang menepukku itu berkata, "Kamu masih kuat untuk berjalan, kan?" Aku mengangguk.
Aku dibantu berjalan hingga ruangan driver. dan tidak ada orang sama sekali di ruangan waktu itu, karena memang pada saat itu driver keluar menjemput pasien dan mengantar pasien.
Kemudian sosok ini bertanya "Kemana temanmu?"
"Dia sudah pulang, katanya tidak enak badan" aku menjawab dengan nafas terengah-engah seperti temanku tadi. Jujur aku merasa sangat lemas saat itu.
Kemudian dia berkata lagi, "Baiklah, aku tinggalkan kamu disini. Beristirahatlah, dan sampaikan rasa terima kasihku kepada temanmu" kata orang itu. Kemudian dia pergi meninggalkanku di ruangan itu.
Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya karena masih setengah sadar. Yang bisa kuingat, sosoknya seperti kakek-kakek, bertubuh sedikit gendut. Awalnya kupikir dia keluarga salah satu pasien yang menjaga anggota keluarganya yang sakit dan kemudian berjalan-jalan di koridor.
Waktu istirahat kupakai tidur untuk memulihkan kondisi sampai shift pagi datang. Untunglah, malam itu tidak ada panggilan tugas yang masuk lewat HT yang aku pegang.
Kemudian aku pulang ke rumah dan kondisiku semakin membaik sampai merasa pulih dan bisa bekerja lagi sorenya.
Sorenya, aku tetap masuk pukul 16.00 karena merasa sudah sehat kembali. Ternyata hari itu aku kembali bekerja sendiri karena temanku masih izin sakit. Kebetulan waktu itu tidak ada piket pengganti untuk backup personel di tempat aku bekerja.
Malam itu mau tidak mau, aku bekerja seperti biasa sendirian. Tidak ada hal-hal aneh seperti yang kualami tadi malam. Tapi kali ini aku sengaja menghindari area belakang. Kejadian kemarin masih menyimpan pikiran buatku dan aku tidak mau terjadi apa-apa dengan diriku sendiri.
Singkat cerita, 3 hari berlalu dan aku tetap tidak mendapatkan kejadian aneh selama shift malam sendirian. Dan minggu ini aku dapat giliran shift pagi. Temanku yang sebelumnya izin tidak bekerja pun akhirnya bekerja kembali.
Saat itu belum ada tugas langsung area yang minta dibersihkan, sampai tiba-tiba saja temanku ini mengajakku untuk membersihkan ruang mandi jenazah.
Karena merasa bingun, aku pun bertanya, "Tumben kamu mau membersihkan tempat ini?"
Bisa dibilang, petugas yang lain hampir tidak pernah kesini. Selain karena kamar mandi jenazah memang area yang selalu basah, permintaan untuk membersihkan ruangan ini pun tidak sering.
"Sudahlah, yuk ke kantin saja. Lagipula sudah mau jam istirahat nih." kataku membujuknya.
"Tidak. Kita harus bersihkan tempat ini. Kalau kamu tidak mau, ya sudah ke kantin saja dulu nanti aku menyusul".
Sebagai teman shift malamnya kemarin, tidak mungkin aku meninggalkan dia sendiri. Terlebih, ruang mandi jenazah bisa dibilang besar dan sulit dibersihkan jika dilakukan sendirian.
Sebenarnya aku sedikit parno setelah kejadian malam itu. Tapi apa boleh buat, memang sudah menjadi tugas kami. Kami pun membersihkannya dengan lancar. Setelah selesai dan berkemas, kami berdua pergi ke kantin.
Disana, temanku ini lalu menceritakan alasan kenapa dia mau membersihkan ruang mandi jenazah itu.
"Kamu ingat ketika kita shift malam dan aku izin pulang karena tidak enak badan?" katanya.
"Iya, memang kenapa kamu??" tanyaku.
"Setelah membersihkan area dapur, aku tidak sengaja melihat sesosok orang tua di ruang mandi jenazah itu. Dia memanggilku untuk meminta bantuan."
"Hah? Orang tua? Orang tua darimana?" tanyaku bingung.
"Iya, beliau memanggilku seperti ini: -Mas, tolong kesini mas. Aku minta tolong ini dibersihkan. Kotor sekali. Lihat, masa rumah sakit seperti gudang- Saat itu dia menatapku seperti jengkel" jelas temanku ini.
Karena tugas kami di bidang pelayanan, entah itu pegawai rumah sakit atapun pasien dan keluarga pasien, kami harus tetap membantu. Jujur saja, yang shift pagi pun jarang membersihkan area ini kalau tidak dikomplain oleh pihak rumah sakit.
"Lalu kamu bersihkan?" tanyaku kemudian. Dan diapun mengangguk.
"Kenapa kamu tidak memberitahuk? Kan ada HT, hp juga ada. Kenapa tidak dipakai?" tanyaku kesal saat itu.
"Awalnya aku berniat memanggil kamu buat bantu. Mana mungkin juga aku sanggup membersihkan tempat itu sendiri. Tapi aku tidak bisa. Aku tiba-tiba saja terkurung di dalam sana! Semua pintu dan jendela seperti dikunci dari luar."
"Aku sudah coba mengontak kamu lewat HT, tapi tidak ada yang merespon panggilanku. Bahkan post security yang berpuluh-puluh HT saja tidak ada satupun sinyal frekuensi yang masuk ke HT-ku! Anehnya lagi, hp yang sebelumnya baterai full juga tiba-tiba mati." lanjutnya.
Aku terdiam. Antara shock, takut, tapi juga penasaran.
"Terus kemana orang tua yang memanggilmu itu?" tanyaku.
"Justru itu masalahnya. Setelah aku hampiri, di dalam ruangan itu justru ada sosok hitam besar bermata merah dan bertaring! Dia keliatan marah"
"Aku coba teriak sampai rasanya mau putus otot-otot di leherku, tapi tidak ada yang dengar kayaknya. Aku juga coba mendobrak pintu ruang mandi jenazah itu sekuat tenaga, tapi tenagaku tidak cukup." jelasnya.
"Tidak mungkin! Aku tidak dengar suara apapun bahkan aku sudah keliling area ditemani security juga tidak ada apa-apa kok. Malah kamu yang kita cari-cari kemanapun tidak ada. Aku juga lewat ruang mandi juga aman saja" kataku.
Temanku tidak menanggapi perkataanku. Dengan suara yang direndahkan, dia berkata, "Kamu tahu yang terjadi setelah itu? Orang tua yang kulihat tadi, dia bukan orang.. Dan sosok bertubuh hitam besar itu peliharaannya."
Temanku melanjutkan, "Orang tua itu mengancamku, dia bilang, -Teman-temanmu kenapa tidak pernah membersihkan disini? Saya jengkel, di tempat lain dibersihkan, disini tidak. Saya minta tolong kamu bersihkan tempat ini dulu, lalu kamu boleh keluar dari sini. Ayo saya bantu kalau kamu tidak sanggup-"
"Aku pun membersihkannya. Tapi setelah kubersihkan, tiba-tiba saja aku merasa dilempar keluar oleh sosok hitam tadi. Lihat ini" katanya sambil menunjukkan bahunya yang memar.
Aku memilih diam dan tidak bercerita padanya kejadian yang juga kualami setelahnya. Dan aku sadar, ternyata sosok yang menepuk pundakku adalah sosok yang menjaga area tersebut. Aku menepati pesannya untuk menyampaikan terima kasih yang dititipkan kakek tua itu.
Setelah kejadian itu, aku dan temanku selalu mengajak teman-teman lainnya untuk selalu membersihkan area ruang mandi jenazah itu sekalipun tidak ada permintaan dari rumah sakit.
Sebenarnya masih banyak cerita-cerita mistis yang kualami selama bekerja disana. Bahkan ada pulacerita mistis yang diceritakan oleh pasien yang dirawat disana.
Saat aku bekerja disitu, bangunannya masih dengan struktur bangunan lama. Masih ada ornamen-ornamen yang dipertahankan seperti aslinya. Dulu di hall rumah sakit ini masih ada piano asli dan piano itu sudah ada disana sejak rumah sakit itu didirikan.
Masih ada 2 pohon tua besar di tengah-tengah taman. Dan di area belakang masih ada lahan kosong milik Rumah Sakit.
Walaupun kini sudah tidak bekerja disana, aku setiap pulang kerja yang sekarang selalu lewat depan rumah sakit itu. Kadang juga bertemu dengan kawan lama yang masih bekerja disana sebagai cleaning service.
Sekarang rumah sakit itu sudah menjadi rumah sakit yang modern dengan segala fasilitas dan pelayanannya yang ramah. Bentuk bangunan depan pun masih dipertahankan seperti aslinya.
Sekian pengalamanku semoga bisa menjadi gambaran bahwa pekerjaan rumah sakit tidak melulu mengenai hal-hal medis, namun juga ada rasa kemanusiaan yang kami bawa.
Tamat